Advertisement

Responsive Advertisement

Kata kata mutiara bung karno


Kita sebagai warga indonesia sudah tidak lazim lagi dengan bung karno
Amanat Bung Karno dapat kita jadikan pandangan atau contoh untuk kedepanya agar kita menjadi tahu siapakah sebenarnya beliau
  Tentang hubungan internasional
• Politik bebas bukanlah suatu politik yang mencari kedudukan netral
jika pecah peperangan; politik bebas bukanlah suatu politik netralitas
tanpa mempunyai warnanya Beograd; berpolitik bebas bukanlah berarti
menjadi suatu negara penyangga antara kedua blok raksasa.
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961 ]
• Berpolitik bebas berarti pengabdian yang aktip kepada tujuan yang
luhur dari kemerdekaan, perdamaian kekal, keadilan sosial dan
kemerdekaan untuk merdeka. Ia adalah tekad untuk mengabdi kepada
tujuan ini; ia kongruen dengan hati nurani sosial manusia.
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
• Politik Non-Blok adalah pembaktian kita secara aktip kepada
perjuangan yang luhur untuk kemerdekaan, untuk perdamaian yang
kekal, keadilan sosial dan kebebasan untuk Merdeka.
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
• Adalah menjadi keyakinan kita bersama kita bahwa, suatu polltik yang
bebas merupakan jalan yang paling baik bagi kita masing-masing
untuk memberikan suatu sumbangan yang tegas kearah pemeliharaan
perdamaian dan pengurangan ketegangan-ketegangan Internasional.
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
• ".....kita mempertahankan pendapat bahwa pembentukan blok-blok,
apalagi jika berdasarkan kekuatan dan perlombaan persenjataan, hanya
mengakibatkan peperangan."
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
• Kita menginginkan satu Dunia Baru penuh dengan perdamaian dan
kesejahteraan, satu Dunia Baru tanpa imperialisme dan kolonialisme
dan exploitation de l'homme par l'homme et de nation par nation.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30
September 1960]
Tentang imperialisme
• Imperialisme bukan saja sistem atau nafsu menaklukkan negeri atau
bangsa lain, tapi imperialisme bisa juga hanya nafsu atau sistem
mempengaruhi ekonomi negeri dan bangsa lain. Ia tak usah dijalankan
dengan pedang atau bedil atau meriam atau kapal perang, tak usah
berupa pengluasan daerah negeri dengan kekerasan senjata sebagai
diartikan oleh Van Kol, tetapi juga berjalan dengan "putarlidah" atau
cara "halus-halusan" saja, bisa juga berjalan dengan cara "pénétration
pacifique".
[Indonesia menggugat, hlm. 81]
• Menurut keyakinan kami, hilangnya pemerintah asing dari Indonesia,
belum tentu juga dibarengi oleh hilangnya imperialisme asing sama
sekali.
[Indonesia menggugat, hlm. 81]
• Benar seperti kata Jean Juares, di dalam Dewan Rakyat Perancis
terhadap wakil-wakil kaum modal, "Imperialisme itulah penghasut
yang besar yang menyuruh berontak; karena itu bawalah ia ke depan
polisi dan hakim." Tapi bukan imperialisme, bukan sahabat-sahabat
imperialisme yang kini berada di muka mahkamah tuan-tuan Hakim
tetapi kami: Gatot Mangkoeprodjo, Maskoen, Soepriadinata, Sukarno."
[Indonesia menggugat, hlm. 81]
• Amboi-di manakah kekuatan duniawi yang bisa memadamkan tenaga
sesuatu bangsa. Puluhan, ratusan, ya ribuan "penghasut" dan
"opruieres" dan "ophitser" sudah di bui atau dibuang. Tapi tidaklah
pergerakan yang umurnya lk. 20 tahun itu semakin menjadi besar ?
[Indonesia menggugat, hlm. 70]
• Memang zaman imperialisme modern mendatangkan "kesopanan",
mendatangkan jalan-jalan tapi apakah itu setimbang dengan bencana
yang disebabkan oleh usaha-usaha partikulir itu?
Indonesia menggugat, hlm. 46
Tentang keadilan
• Maka karena itu jikalau kita memang betul-betul mengerti, mengingat
dan mencintai rakyat Indonesia, marilah kita terima prinsip hal sociale
rechvaardigheid ini yaitu bukan saja persamaan politik, harus
mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama.
[Pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945]
• Apakah kita mau Indonesia MERDEKA, yang kaum Kapitalnya
merajalela ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua cukup
makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku
oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang dan pangan?.
[Pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945]
• Saya katakan bahwa cita-cita kita dengan keadilan sosial ialah satu
masyarakat yang adil dan makmur, dengan menggunakan alat-alat
industri, alat-alat tehnologi yang sangat modern. Asal tidak dikuasai
oleh sistem kapitalisme.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 115 ]
Tentang kemerdekaan
• Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa yang
jiwanya berkobar-kobar dengan tekad Merdeka, - Merdeka atau mati !.
1 Juni 1945 lahirnya Pancasila
• We want to establish a state, "all for, all", neither for a single
individual nor for one group, whether it be a group of aristocracy or a
group of wealthy-but, "all for all".
Kita ingin mendirikan satu Negara "semua buat semua", bukan satu
Negara untuk satu orang, bukan satu Negara untuk satu golongan,
walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan Negara "semua buat
semua".
1 Juni 1945 lahirnya Pancasila
• Tokh diberi hak atau tidak diberi hak, tiap-tiap bangsa tidak boleh
tidak, pasti akhirnya bangkit menggerakkan tenaganya, kalau ia sudah
terlalu merasakan celakanya diri teraniaya oleh satu daya angkara
murka. Jangan lagi manusla, jangan lagi bangsa walau cacingpun tentu
bergerak berkelegut-kelegut kalau merasakan sakit.
Indonesia menggugat, hlm. 09
• Indonesia Merdeka hanyalah suatu jembatan walaupun jembatan emas
di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama
rasa, satu ke dunia sama ratap sama tangis.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
Tentang nasionalisme
• Nasionalisme kita adalah nasionalisme yang membuat kita menjadi
"perkakasnya Tuhan", dan membuat kita menjadi "hidup di dalam
rokh".
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
• Nasionalisme yang sejati, nasionalismenya itu bukan se-mata-mata
copie atas tiruan dari Nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa
cinta akan manusia dan kemanusiaan.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 5]
• Nasionalisme Eropa ialah satu Nasionalisme yang bersifat serang
menyerang, satu Nasionalisme yang mengejar keperluan Beograd, satu
Nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi, Nasionalisme
semacam itu pastilah salah, pastilah binasa.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 6]
• Bangsa yang terdiri dari kaum buruh belaka dan menjadi buruh antara
bangsa-bangsa. Tuan-tuan Hakim-itu bukan nyaman... Tidaklah
karenanya wajib tiap-tiap nasionalls mencegah keadaan itu dengan
seberat-beratnya ?
[Indonesia menggugat, hlm. 58]
• Bangsa atau rakyat adalah satu jiwa. Jangan kita kira seperti kursi￾kursi yang dijajarkan. Nah, oleh karena bangsa atau rakyat adalah satu
jiwa, maka kita pada waktu memikirkan dasar statis atau dasar dinamis
bagi bangsa, tidak boleh mencari hal-hal di luar jiwa rakyat itu
Beograd.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 37]
• Entah bagaimana tercapainya "persatuan" itu, entah bagaimana
rupanya "persatuan" itu, akan tetapi kapal yang membawa kita ke
Indonesia - Merdeka itu, ialah ...."Kapal Persatuan" adanya.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 2]
• Tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa
mempunyai cara berjuang Beograd, mempunyai karakteristik Beograd.
Oleh karena pada hakekatnya bangsa sebagai individu mempunyai
kepribadian Beograd.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 7 ]
• Kita bangsa yang cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kemerdekaan!
[Pidato HUT Proklamasi, 1946 ]
• Bangsa adalah segerombolan manusia yang keras ia punya keinginan
bersatu dan mempunyai persamaan watak yang berdiam di atas satu
geopolitik yang nyata satu persatuan.
[[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 58]
• Kita dari Republik Indonesia dengan tegas menolak chauvinisme itu.
Maka itu di samping sila kebangsaan dengan lekas-lekas kita taruhkan
sila perikemanusiaan.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 64]
Tentang Sukarno
• .... di dalam cita-cita politikku, aku ini seorang nasionalis, dalam cita￾cita sosialku aku ini sosialis, di dalam cita-cita sukmaku aku ini sama
sekali theis. Sama sekali percaya kepada Tuhan, sama sekali ingin
mengabdi kepada Tuhan.
[Kepada bangsaku]
• Ya., saya tahu bahwa saya sering dicemooh orang yang tidak senang
kepada saya, bahwa saya adalah katanya "manusia perasan", gevoels￾mens, dan bahwa saya di dalam politik terlalu bersifat "manusia seni",
terlalu bersifat artis. Alangkah senangnya saya dengan cemoohan itu!
Saya mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa
saya dilahirkan dengan sifat-sifat gevoels-mens dan artis, dan saya
bangga bahwa Bangsa Indonesia pun adalah satu "Bangsa perasaan"
• Semua orang tahu bahwa aku ini penggemar seni rupa, baik patung,
lukisan-lukisan maupun yang lain-lain. Aku lebih suka lukisan
Samudera yang gelombangnya memukul-mukul, menggebu-gebu, dari
pada lukisan sawah yang adem-ayem-tentrem, "kadyo siniram wayu
sewindu lawase".
[Pidato HUT Proklamasi, 1964]
• Oemar Said Tjokroaminoto berumur 63 tahun ketika aku datang ke
Surabaya. Pak Tjokro mengajarkan tentang apa dan siapa dia, bukan
tentang apa yang ia ketahui ataupun tentang apa jadinya aku kelak.
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 52 ]
• Dr. Douwe Dekker, Setiabudi ketika umurnya sudah 50 tahun
menyampaikan kepada partainya N.I.P. "Umur saya semakin lanjut,
dan bila datang saatnya saya akan mati bahwa adalah kehendak saya
supaya Sukarno yang menjadi pengganti saya. Anak muda ini, akan
menjadi Juru Selamat dari rakyat Indonesia di masa yang akan datang".
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 67]
• Men kan niet onderwijzen wat men wil, men kan niet, onderwijzen wat
men weet, men kan alleen onderwijzen wat men is.
Orang tidak bisa mengajarkan apa yang ia mau, orang tidak bisa
mengajarkan apa yang ia tahu, orang hanya bisa mengajarkan apa ia
adanya.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 514 ]
• Demokrasi kita harus kita jalankan adalah Demokrasi Indonesia,
membawa kepribadian Indonesia.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 105
• Parlementaire Demokrasi adalah ideologi politik dari pada Kapitalisme
yang sedang naik.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 91 ]
• Aku bersemboyan; Biar melati dan mawar dan kenanga dan cempaka
dan semua bunga mekar bersama di taman sari Indonesia.
[Pidato HUT Proklamasi, 1964]
• Ramalan kedua dari Pak Tjokro, satu malam di tengah keluarga, die
berbicara, "Ikutilah anak ini dia diutus oleh Tuhan untuk menjadi
Pemimpin Besar Kita":
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 68]
Tentang wanita
• Tetapi pikiran saya melayang, melayang memikirkan satu soal-soal W
a n i t a. Kemerdekaan! Bilakah Sarinah-Sarinah mendapat
kemerdekaan! Tetapi, ya kemerdekaan yang bagaimana? Kemerdekaan
yang di kehendaki oleh pergerakan feminismekah, yang hendak,
menyamaratakan perempuan dalam segala hal dengan laki-laki?.
Kemerdekaan ala Kartini? Kemerdekaan ala Chalidah Hanum?
Kemerdekaan ala Kollontay?
[Sarinah, hlm. 8]
• Sesungguhnya kita harus belajar insaf, bahwa soal masyarakat dan
Negara adalah soal laki-laki dan perempuan, soal perempuan dan laki￾laki. Dan soal perempuan adalah suatu soal masyarakat dan negara.
[Sarinah, hlm. 14]
• Dan kemanusiaan akan terus pincang, selama saf yang sstu menindas
saf yang lain. Harmoni hanya dapat tercapai, kalau tidak ada saf satu di
atas yang lain, tetapi dua "saf" itu sama derajat, berjajar yang satu
dengan yang lain, yang satu memperkuat yang lain. Tetapi masing￾masing menurut kodratnya Beograd.
[Sarinah, hlm. 15]
• Kaum laki-laki marilah kita memikirkan soal ini. Dan marilah kita ikut
memikirkan soal perempuan sebab di dalam masyarakat sekarang ini,
saya melihat bahwa kadang-kadang kaum laki-laki terlalu main Yang
Dipertuan di atas soal-soal yang mengenai perempuan.
[Sarinah, hlm. 14]
• Tiada masyarakat manusia satupun dapat berkemajuan, kalau laki￾perempuan yang satu tidak membawa yang lain, karenanya janganlah
masyarakat laki-laki mengira, bahwa ia dapat maju subur, kalau tidak
dibarengi oleh kemajuan masyarakat perempuan pula.
[Sarinah, hlm. 17]
• Janganlah laki-laki mengira, bahwa bisa ditanam suatu kultur yang
sewajar-wajarnya kultur, kalau perempuan dihinakan di dalam kultur
itu.
[Sarinah, hlm. 17]
• Atau benar pula perkataan Baba O´llah, yang menulis bahwa: "laki-laki
dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya se-ekor burung. Jika dua
sayap itu sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai kepuncak
yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka
tak dapatlah terbang burung itu sama sekali."
[Sarinah, hlm. 17/18]
• Sungguh benar perkataan Charles Fourier kalau ia mengatakan: "bahwa
tinggi rendahnya tingkat kemajuan suatu masyarakat, adalah ditetapkan
oleh tinggi rendahnya tingkat kedudukan perempuan di dalam
masyarakat itu".
[Sarinah, hlm. 17]
• Manakala patriarchat sekarang ini membawa ketidak adilan masyarakat
kepada kaum perempuan, maka Matriarchat membawa ketidak adilan￾masyarakat kepada kaum laki-laki. Masyarakat tidak terdiri dari kaum
laki-laki saja, dan tidak pula dari kaum perempuan saja.
Masyarakat adalah terdiri dari kaum laki-laki dan perempuan, dari
kaum perempuan dan kaum laki-laki. Tak sehatlah masyarakat itu,
manakala salah satu pihak menindas kepada yang lain, tak peduli fihak
mana yang menindas dan tak peduli fihak mana yang tertindas.
Masyarakat itu hanyalah sehat, manakala ada perimbangan hak dan
perlakuan antara kaum laki-laki dan perempuan yang sama tengahnya,
sama beratnya, sama adlinya.



Post a Comment

4 Comments